Search This Blog

Thursday 2 February 2017

Menjadi Bos atau Karyawan

Semakin menjamurnya entrepreneur di Indonesia, membuat semakin banyak orang berpendapat bahwa lebih baik memiliki usaha sendiri ketimbang bekerja untuk orang lain. Apalagi dengan maraknya sukses story beberapa perempuan dan lelaki muda yang bisa sangat sukses bahkan menerima gelar billionaire sebelum usianya menginjak 30 tahun. Cerita manis dan terbayang uang yang melimpah mendadak terlihat jadi lebih menggiurkan daripada harus berkutat di kantor dengan gaji pas-pasan. Padahal belum tentu demikian loh, sobat.
Setiap profesi memiliki untung ruginya sendiri. Tingkat kesusahan dan kesuksesannya pun tergantung seberapa serius kamu menjalaninya. Hal yang lebih penting, apa benar passion kamu ada di sana, atau keinginan yang ada untuk berusaha sendiri adalah ego dan sekedar ikut-ikutan belaka?

Jadi, sebelum kamu memilih dan memutuskan untuk menjadi bos atau karyawan, simak dulu perbedaan keduanya, yuk!

1. Digaji atau Menggaji?

Karyawan tidak perlu pusing memikirkan pemasukan, karena mereka mendapatkan gaji setiap bulannya. Ada rutinitas, kepastian dan security kalau kamu akan mendapatkan gaji sekian, di tanggal sekitas, plus THR dan fasilitas kesehatan dan lain-lain, sesuai dengan kontrak kerja kamu dengan perusahaan. Apapun itu, intinya: Aman.
Sementara seorang pemilik perusahaan, harus memikirkan bagaimana pemasukan untuk perusahaan, resiko pengambilan keputusan, kebijakan perusahaan, lobby-ing, networking, membayar gaji karyawan setiap bulan, dan lain-lain, yang intinya adalah ia harus tetap menjaga supaya perusahaan yang dipegangnya terus menghasilkan.
Saat pemasukan perusahaan kurang dari seharusnya, para pebisnis harus rela mengabaikan keuntungan pribadi demi kepentingan perusahaan. Strategi dan keuletan sangat penting di sini. Karena, kamu punya tanggung jawab terhadap karyawan kamu sob.
Tapi tidak enaknya jadi pegawai kantor, pendapatannya statis alias segitu-segitu saja setiap bulannya. Kecuali, kamu punya sidejob, atau ada masa kenaikan gaji. Sementara, pebisnis akan menghasilkan lebih banyak uang kalau usahanya berkembang.

2. Dipecat atau Bangkrut?

Karyawan memiliki risiko dipecat dari pekerjaannya bila melakukan kesalahan fatal ataupun kesalahan berulang-ulang. Karyawan bisa juga terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK. Ada ketikapastian di sini mengenai status karyawan, sehingga kamu harus selalu memberikan usaha dan pekerjaan terbaik kamu agar bisa terus bekerja Kalau tidak, kamu akan digantikan.
Di sisi lain, pebisnis punya risiko usahanya akan mengalami pailit dan gulung tikar jika salah mengambil keputusan, mengalami kerugian, atau terkena imbas ekonomi global. Resiko terburuk bagi seorang pebisnis adalah harus memecat karyawannya apabila perusahaannya tidak memberikan hasil imbal balik seperti yang diharapkan.
Bayangkan pedihnya kalau kamu harus memecat karyawan atau mereka yang selama ini membantu kamu dalam berusaha. Entah berapa keluarga yang terputus penghasilannya karena kamu. Oleh sebab itu, pikirkan cashflow dan dana operasiaonal dengan baik, sangat dibutuhkan di sini kalau kamu mau mulai menjadi pemberi kerja.

3. Jam Kerja

Lain halnya dengan karyawan yang memiliki batas jam kerja dan uang tambahan jika harus lembur, para pebisnis, apalagi mereka yang baru memulai bisnisnya, memiliki waktu kerja yang tidak berbatas. Tidak sedikit dari para pebisnis pemula yang kurang tidur, bahkan hingga berhari-hari.
Jangan heran kalau kamu nanti harus mengorbankan waktu akhir pekan kamu untuk melakukan pertemuan penting yang terkait dengan bisnis kamu, atau tidak jarang janji temu tersebut justru baru dimulai jam 7 malam, demi menghindari macet, atau karena Boss-boss besar yang akan menjadi partner kamu atau orang-orang yang akan kamu ajak kerjasama ini ternyata hanya bisa ditemuinya malam.
Kalau karyawan bisa langsung pulang setelah jam kantor, jam kerja pebisnis justru baru dimulai setelah matahari tenggelam. Belum lagi kalau ternyata kamu harus survei ke lokasi tertentu untuk mendapatkan item tertentu sesuai dengan kebutuhan kamu, bisa makan waktu berhari-hari. Waktu dan energi menjadi tidak terbatas.

4. Jatah Cuti

Umumnya, seorang karyawan diberikan jatah cuti selama 12 hari setiap tahunnya. Bisa dipergunakan secara bertahap atau sekaligus tergantung kontrak kerja. Beda halnya dengan pebisnis, mereka bebas mau cuti kapan saja karena mereka sendiri yang menentukan masa kerja dan tidak memerlukan ijin cuti segala. Tetapi tentu saja pebisnis yang baik tidak akan sering-sering cuti, apalagi di masa-masa awal bisnisnya.
Bahkan bukan mustahil seorang pebisnis tidak merasakan masa cuti, karena tetap ada saja yang harus dikerjakan walau secara kalender tanggalan merah. Namun resiko seperti ini akan terbayar kerika bisnis kamu sudah berjalan, bahkan pada saat liburan sekalipun kamu tetap menghasilkan.

5. Jaminan Kesehatan

Bekerja di perusahaan manapun, karyawan berhak atas jaminan kesehatan. Kadang ada perusahaan yang menawarkan fasilitas ini untuk karyawan beserta anak dan istrinya. Sedangkan untuk para pebisnis, mereka harus menyediakan sendiri jaminan kesehatan untuk dirinya, dan pula jaminan kesehatan bagi karyawan yang bekerja untuknya.Walau sekarang ada BPJS, namun tetap karyawan tidak harus memikirkan bagaimana perusahaan akan membayar kebutuhan kesehatannya. Mereka hanya tahu kalau hal tersebut dicover.

6. Perkembangan Perusahaan dan Bisnis

Sebagai karyawan kamu nggak perlu memikirkan bagaimana perusahaan kamu akan berkembang, dan bagaimana bisnis akan berjalan ke depannya. Kamu hanya perlu mengerjakan tugas yang diberikan ke kamu sebaik-baiknya, dan selebihnya adalah kebijakan atasan. Sementara seorang pebisnis harus siap memikirkan dan tahu bagaimana perkembangan selanjutnya untuk perusahaan dan kebijakan apa yang akan terus diambil agar perusahaannya terus berkembang.

7. Dana Operasional Perusahaan

Kalau sebagai karyawan kamu nggak harus mikirin apa-apa mengenai dana operasional perusahaan, sebagai pemilik bisnis kamu harus memperhitungkan dari awal mengenai budget, dana operasional perusahaan, pengeluaran untuk marketing, sales, dan lain-lain yang berhubungan dengan dana.
Memang mungkin sebagai karyawan kamu yang ditugaskan untuk menghitung hal ini. Namun dana yang dibutuhkan tersebut bukan tugas kamu yang mencarinya dimana, bagaimana cara mendapatkannya, dan bagaimana mempergunakannya dengan bijak, agar kelangsungan perusahaan kamu tetap berjalan dengan baik dan berkembang.
Adalah 2 hal yang berbeda antara sekedar tahu saja, dan memang benar-benar menjalankannya, 50% perusahaan gagal di 6 bulan pertamanya karena salah dalam memperhitungkan hal ini. Jadi kalau kamu berencana untuk menjadi pebisnis, perhitungkanlah dengan baik hal ini.

8. Daya Saing

Sebagai karyawan, kamu nggak perlu tahu siapa pesaing atau kompetitor di tempat kamu bekerja. Kalaupun tahu, itu hanya sekedarnya saja.Namun sebagai pebisnis, tidak hanya kamu harus tahu siapa pesaing kamu. Kamu juga harus paham S.W.O.T analisis perusahaan atau bisnis yang kamu jalani. Dari sini baru kamu bisa mempelajari dan memahami lebih lanjut, perusahaan atau usaha kamu potensinya apa dan hendak dibawa kemana dan bagaimana.

9. Improvisasi, Kreativitas dan Update

Selain kamu harus memahami S.W.O.T analisis, sebagai pebisnis kamu juga selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan. Improvisasi, kreativitas dan selalunya update dengan perkembangan, menjadi kunci utama kamu dalam menentukan apakah kamu akan sukses atau tidak dalam bisnis.
Sementara sebagai karyawan, improvisasi, kreativitas dan update hanya tergantung dari tugas kamu. Apakah ini memang 'suruhan' dari atasan sehingga menjadi bagian dari pekerjaan kamu sebagai orang kreatif, atau bukan? Sebagai karyawan, bukan tugas kamu untuk mempertanyakan kebijakan perusahaan. Kamu hanya bertugas untuk men-deliver analisa kamu tentang hal yang diminta oleh perusahaan. Tetap keputusan akhir adalah milik atasan. Tapi kamu sebagai atasan, pengambilan keputusan apapun yang menjadikan perusahaan kamu berkembang atau rugi, apapun dan bagaimanapun ide kreatif yang ada.

Nah, sekarang sobat bisa melihat tanggung jawab antara menjadi bos atau menjadi karyawan, kamu memutuskan untuk jadi yang mana?

No comments:

Post a Comment